Selasa, 18 September 2012

plasenta


BAB I

                                                           PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
             Janin di dalam kandungan memerlukan makanan dan nutrisi yang menjadikannya tumbuh dan berkembang. Di dalam rahim ibu , janin mempunyai saluran pengikat antara ibu dan bayi yang biasa kita sebut sebagai plasenta.
             Plasenta tumbuh saat janin berusia kurang lebih satu minggu pertama. Pada plasenta terdapat berbagai macam fungsi diantaranya sebagai respirasi, ekskresi dan produksi hormone, sehingga terjadi pertukaran zat antara ibu dan janin. 
             Pada makalah ini akan dibahas mengenai pertumbuhan dan perkembangan plasenta yang lebih spesifik. Plasenta merupakan  organ berbentuk cakram yg menghubungkan janin dengan dinding rahim yang menjadi jalan perantara bagi pernapasan, pemberian makanan, dan pertukaran zat buangan antara janin dan darah ibu. Plasenta  berbentuk mirip gumpalan hati mentah dengan diameter 15-20 cm dan tebal ± 2,5 cm, berat rata-rata 500 gram, terdiri dari 200 lebih pembuluh dan vena halus.Plasenta  terletak di depan atau di belakang dinding uterus, agak ke atas kearah fundus uteri, dikarenakan alasan fisiologis, permukaan bagian atas korpus uteri lebih luas, sehingga lebih banyak tempat untuk berimplementasi.


1.2  Tujuan
·         Menjelaskan perkembangan dan pertumbuhan plasenta
·         Mengetahui stuktur anatomi pada plasenta.
·         Mengetahui fungsi plasenta, tipe-tipe plasenta serta sirkulasi plasenta










BAB II
PERTUMBUHAN PLASENTA
2.1  Pengertian

Plasenta adalah alat yang sangat penting bagi janin karena merupakan alat pertukaran zat antara ibu dan anak sebaliknya. Pertumbuhan Plasenta makin lama makin bear dan luas, umumnya mencapai pembentukan lengkap pada usia kehamilan sekitar 16 minggu. Jiwa anak tergantung plasenta, baik tidaknya anak tergantung pada baik buruknya plasenta. Plasenta merupakan organ sementara yang menghubungkan ibu dengan janin. Plasenta memproduksi beberapa hormon penting dalam kehamilan yaitu Human Chorionic Gonatropin (HCG) dan Human Plasenta Lactagen (PHL).

2.2  Bentuk dan Ukuran

1.      Bentuk bundar/oval
2.      Diameter 15-25 cm, tebal 3-5 cm
3.      Berat rata-rata 500-600 gram
4.      Insersi tali pusat (tempat berhubungan dengan plasenta) dapat ditengah/ sentrali, disamping/ lateralis, atau di ujung tepi/ marginalis.
5.      Disisi ibu, tampak daerah-daerah yang agak menonjol (kotiledon) yang diliputi selaput tipis desidua basalis
6.      Disisi janin, tampak sejumlah arteri dan vena besar (pembuluh orion) menuju tali pusat. Orion diliputi oleh amnion
7.      Sirkulasi darah ibu di plasenta sekitar 3000cc/menit (20 minggu) meningkat 600 cc – 7000 cc/menit (aterm)

2.3  Letak Plasenta


            Letak plasenta pada umumnya pada korpus uteri bagian depan atau belakang agak ke arah fundus uteri. Hal ini adalah fisiologis karena permukan bagian atas korpus uteri lebih luas, sehingga lebih banyak tempat untuk berimplantasi.




2.4  Keadaan Plasenta


2.4.1        Bagian ibu/permukaan maternal

a. Permukaan yang menghadap ke dinding rahim
b. Warnanya merah tua
c. Permukaannya kasar beralur-alur sehingga seolah-olah terbagi
dalam beberapa belah yang disebut kotiledon
d. Permukaan maternal mempunyai 15-20 kotiledon


2.4.2        Bagian janin/ permukaan fetal

Permukaan menghadap kearah janin, tampak licin dan berwarna putih kuning.
a. Permukaan fetal diliputi lapisan amnion yang tipis dan bening sehingga    kelihatan membayang dibawahnya pembuluh darah yang bercabang.
b. Pada permukaan janin dan plasenta terutama tali pusat
c. Tali pusat merupakan penghubung janin dan plasenta
d. Tebalnya kira-kira 50 cm, berwarna putih kuning dan tampak terpilih yang tidak sama tebalnya pada semua tempat didalam tali pusat terdapat tiga pembuluh darah yaitu satu vena umbilikalis dan dua arteri umbilikalis

2.5  Pembentukan Plasenta

Pada minggu-minggu pertama perkembangan, jonjot-jonjot meliputi seluruh permukaan korion. Dengan berlanjutnya kehamilan, jonjot pada kutub embrional terus tumbuh dan meluas membentuk korion  frondosum (korion berjonjot lebat seperti semak-semak).Jonjot pada kutub abembrional mengalami degenerasi dan menjelang bulan ketiga sisi korion ini menjadi halus dan disebut korion leave. Setelah minggu pertama (hari 7-8), sel-sel trofoblas yang terletak di atas embrioblas yang berimplantasi di endometrium dinding uterus, mengadakan proliferasi dan berdiferensiasi menjadi dua lapis yang berbeda :
1.       sitotrofoblas : terdiri dari selapis sel kuboid, batas jelas, inti tunggal, di sebelah dalam (dekat embrioblas).
2.       sinsitiotrofoblas : terdiri dari selapis sel tanpa batas jelas, di sebelah luar (berhubungan dengan stroma endometrium).
Unit trofoblas ini akan berkembang menjadi PLASENTA

Tahap Pembentukan plasenta
ü  Stadium berongga (lacunar stage).
Pada hari 8-9, perkembangan trofoblas sangat cepat, dari selapis sel tumbuh menjadi berlapis-lapis. Terbentuk rongga-rongga vakuola yang banyak pada lapisan sinsitiotrofoblas (selanjutnya disebut sinsitium) yang akhirnya saling berhubungan.
ü  Sirkulasi uteroplasenta/sistem sirkulasi feto-maternal.
Pertumbuhan sinsitium ke dalam stroma endometrium makin dalam kemudian terjadi perusakan endotel kapiler di sekitarnya, sehingga rongga-rongga sinsitium (sistem lakuna) tersebut dialiri masuk oleh darah ibu, membentuk sinusoid-sinusoid. Peristiwa ini menjadi awal terbentuknya sistem sirkulasi uteroplasenta/sistem sirkulasi feto-maternal.
Antara lapisan dalam sitotrofoblas dengan selapis sel selaput Heuser, terbentuk sekelompok sel baru yang berasal dari trofoblas dan membentuk jaringan penyambung yang lembut, yang disebut mesoderm ekstraembrional. Bagian yang berbatasan dengan sitotrofoblas disebut mesoderm ekstraembrional somatopleural, kemudian akan menjadi selaput korion (chorionic plate).Bagian yang berbatasan dengan selaput Heuser dan menutupi bakal yolk sac disebut mesoderm ekstraembrional splanknopleural. Menjelang akhir minggu kedua (hari 13-14), seluruh lingkaran blastokista telah terbenam dalam uterus dan diliputi pertumbuhan trofoblas yang telah dialiri darah ibu. Meski demikian, hanya sistem trofoblas di daerah dekat embrioblas saja yang berkembang lebih aktif dibandingkan daerah lainnya.
ü  Terbentuknya rongga selom ekstraembrional (extraembryonal coelomic space) atau rongga korion (chorionic space).
Di dalam lapisan mesoderm ekstraembrional juga terbentuk celah-celah yang makin lama makin besar dan bersatu, sehingga terjadilah rongga yang memisahkan kandung kuning telur makin jauh dari sitotrofoblas. Rongga ini disebut rongga selom ekstraembrional (extraembryonal coelomic space) atau rongga korion (chorionic space).
Di sisi embrioblas (kutub embrional), tampak sel-sel kuboid lapisan sitotrofoblas mengadakan invasi ke arah lapisan sinsitium, membentuk sekelompok sel yang dikelilingi sinsitium disebut jonjot-jonjot primer (primary stem villi). Jonjot ini memanjang sampai bertemu dengan aliran darah ibu.

ü  Terbentuknya tali pusat
Pada awal minggu ketiga, mesoderm ekstraembrional somatopleural yang terdapat di bawah jonjot-jonjot primer (bagian dari selaput korion di daerah kutub embrional), ikut menginvasi ke dalam jonjot sehingga membentuk jonjot sekunder (secondary stem villi) yang terdiri dari inti mesoderm dilapisi selapis sel sitotrofoblas dan sinsitiotrofoblas.
Menjelang akhir minggu ketiga, dengan karakteristik angiogenik yang dimilikinya, mesoderm dalam jonjot tersebut berdiferensiasi menjadi sel darah dan pembuluh kapiler, sehingga jonjot yang tadinya hanya selular kemudian menjadi suatu jaringan vaskular (disebut jonjot tersier/tertiary stem villi) .
Selom ekstraembrional/rongga korion makin lama makin luas, sehingga jaringan embrional makin terpisah dari sitotrofoblas/selaput korion, hanya dihubungkan oleh sedikit jaringan mesoderm yang kemudian menjadi tangkai penghubung (connecting stalk). Mesoderm connecting stalk yang juga memiliki kemampuan angiogenik, kemudian akan berkembang menjadi pembuluh darah dan connecting stalk tersebut akan menjadi tali pusat.
ü  Sirkulasi feto-maternal.
Setelah infiltrasi pembuluh darah trofoblas ke dalam sirkulasi uterus, seiring dengan perkembangan trofoblas menjadi plasenta dewasa, terbentuklah komponen sirkulasi utero-plasenta. Melalui pembuluh darah tali pusat, sirkulasi utero-plasenta dihubungkan dengan sirkulasi janin. Meskipun demikian, darah ibu dan darah janin tetap tidak bercampur menjadi satu (disebut sistem hemochorial), tetap terpisah oleh dinding pembuluh darah janin dan lapisan korion.
Dengan demikian, komponen sirkulasi dari ibu (maternal) berhubungan dengan komponen sirkulasi dari janin (fetal) melalui plasenta dan tali pusat. Sistem tersebut dinamakan sirkulasi feto-maternal.
ü  Plasenta “dewasa”
Pertumbuhan plasenta makin lama makin besar dan luas, umumnya mencapai pembentukan lengkap pada usia kehamilan sekitar 16 minggu. (struktur plasenta dewasa : gambar)
Plasenta “dewasa” / lengkap yang normal :
1.      bentuk bundar / oval
2. diameter 15-25 cm, tebal 3-5 cm.
3. berat rata-rata 500-600 g
4. insersi tali pusat (tempat berhubungan dengan plasenta) dapat di tengah / sentralis, di samping / lateralis, atau di ujung tepi / marginalis.
5. di sisi ibu, tampak daerah2 yang agak menonjol (kotiledon) yang diliputi selaput tipis desidua basalis.
6. di sisi janin, tampak sejumlah arteri dan vena besar (pembuluh korion) menuju tali pusat. Korion diliputi oleh amnion.
7. sirkulasi darah ibu di plasenta sekitar 300 cc/menit (20 minggu) meningkat sampai 600-700 cc/menit (aterm).

2.6  Tali Pusat

Tali pusat tali yang menghubungkan janin dengan urin dengan ciri:
a. Tebal kira-kira sebesar jari
b. Panjang 50 cm
c. Berwarna putih kuning
d. Tampak terpilin dan tidak pada semua tempat tebalnya
Tali pusat duliputi oleh amnion yang sangat erat melekat. Selain berisi arteri dan vena umbilikalis, tali pusat berisi pula zat seperti agar-agar yang disebut Selei Wharton.



2.7  Macam-macam Plasenta
a.       Berdasarkan bentuknya
1.  plasenta normal
2.  plasenta membranasea
3.  plasenta suksenturiata
4.  plasenta spuria
5.  plasenta bilobus
6.  plasenta trilobus

b.      Berdasarkan dinding rahim
1.      plasenta adhesiva
2.      plasenta akreta
3.      plasenta inkreta
4.      plasenta perkreta

2.8  Fungsi Plasenta
Fungsi plasenta bagi janin :
1.      Organ respirasi
2.      Organ transfer nutrisi dan ekskresi
3.      Organ untuk sintesa hormon
Diperkirakan pula memiliki peranan sebagai barier imunologis yang melindungi janin dari reaksi penolakan oleh sistem imunologi maternal.

Transportasi bahan melalui plasenta berlangsung melalui
- Transportasi pasif :
  • Difusi sederhana [simple diffusion]
  • Difusi dengan fasilitas [facilitated diffusion]
- Transportasi aktif:
  • Reaksi enzymatic
  • Pinocytosis
Mekanisme diatas memerlukan energi dan kecepatan metabolisme plasenta sebanding dengan yang terjadi pada hepar atau ginjal.


2.8.1        Ekskresi
Ginjal, hati dan usus janin belum berfungsi dengan baik sebagai alat pembuanga. Sisa metabolisme akan dibuang melalui plasenta yang dapat menghubungkan janin dengan dunia luar secara tidak langsung.
Zat utama yang diekskresi adalah karbon dioksida ( CO2 ). Bilirubin juga diekskresi karena sel darah merah diganti relatif sering. Terdapat sedikit pemecahan jaringan yang terpisah serta jumlah urea dan asam urat yang diekskresi sangat sedikit.

2.8.2    Nutrisi
. Sebagian besar nutrien mengalami transfer dari ibu ke janin melalui metode transfer aktif yang melibatkan proses enzymatik. Nutrien yang komplek akan dipecah menjadi komponen sederhana sebelum di transfer dan mengalami rekonstruksi ulang pada villi chorialis janin. Glukosa sebagai sumber energi utama bagi pertumbuhan janin (90%), 10% sisanya diperoleh dari asam amino.
Jumlah glukosa yang mengalami transfer meningkat setelah minggu ke 30. Sampai akhir kehamilan, kebutuhan glukosa kira-kira 10 gram per kilogram berat janin, kelebihan glukosa dikonversi menjadi glikogen dan lemak.
Glikogen disimpan di hepar dan lemak ditimbun disekitar jantung, belakang skapula. Pada trimester akhir, terjadi sintesa lemak 2 gram perhari sehingga pada kehamilan 40 minggu 15% dari berat janin berupa lemak. Hal ini menyebabkan adanya cadangan energi sebesar 21.000 KJ dan diperlukan untuk fungsi metabolisme dalam regulasi suhu tubuh janin pada hari-hari pertama setelah lahir.
Pada bayi preterm atau dismatur, cadangan energi lebih rendah sehingga akan menimbulkan permasalahan.
Lemak dalam bentuk asam lemak bebas sulit untuk di transfer. Lemak yang mengalami proses transfer di resintesa kedalam bentuk fosfat dan lemak lain dan disimpan dalam jaringan lemak sampai minggu ke 30. Setelah itu, hepar janin memiliki kemampuan untuk sintesa lemak dan mengambil alih fungsi metabolisme.
Dalam sirkulasi janin terdapat  fetal hemoglobin (F) yang memiliki afinitas tinggi terhadap oksigen dan sebaliknya mudah melepaskan karbon dioksida melalui sistem difusi dalam plasenta.
Dengan adanya perbedaan afinitas tersebut, plasenta dapat menjalankan fungsinya sebagai alat pernapasan. Makin tua kehamilan, semakin tinggi konsentrasi adult hemoglobin (A) sebagai persiapan bernapas melalui paru-paru pada saat kelahiran.

2.8.3        Respirasi
Vaskularisasi yang luas didalam villi dan perjalanan darah ibu dalam ruang intervilus yang relatif pelan memungkinkan pertukaran oksigen dan CO2 antara darah ibu dan janin melalui difusi pasif. Setelah kebutuhan plasenta terpenuhi, eritrosit janin mengambil oksigen dengan saturasi 70% dan PO2 30 – 40 mmHg, sudah memadai untuk memenuhi kebutuhan janin. CO2 melewati plasenta dengan difusi pasif.
Ion Hidrogen, bicarbonate dan asam laktat dapat menembus plasenta melalui difusi sederhana sehingga status keseimbangan asam-basa antara ibu dan anak sangat berkaitan erat.  Oleh karena transfer berlangsung perlahan, janin dapat melakukan “buffer” pada kejadian penurunan pH, kecuali bila asidosis maternal diperberat dengan dehidrasi atau ketoasidosis sebagaimana yang terjadi pada partus lanjut dimana janin dapat mengalami asidosis.
Efisiensi pertukaran ini tergantung pada pasokan darah ibu melalui arteri spiralis dan fungsi plasenta. Bila pasokan darah ibu terbatas seperti yang terjadi pada penyakit hipertensi dalam kehamilan, penuaan plasenta sebelum saatnya , kehamilan postmatur, hiperaktivitas uterus atau tekanan talipusat, maka ketoasidosis pada janin dapat terjadi secara terpisah dari asidosis maternal.
2.8.4        Pembentukan Hormon

Sejumlah besar hormon dihasilkan oleh plasenta. Termasuk diantaranya hormon yang analog dengan hormon hipotalamus dan hipofisis serta hormon steroid.
Hormon
Properti
Human Chorionic Somatotropin – hCS
Serupa dengan Growth Hormon dan Prolaktin
Human Chorionic Gonadotropin – hCG
Stimulasi steroidogenesis adrenal dan plasenta. Analog LH
Human Chorionic Gonadotropin – hCT
Analog dengan Thyrotropin
Corticotropin Releasing Hormon – CRH
Seperti pada deasa
Estrogen
Komplek. Stimulasi aliran darah dan pertumbuhan uterus
Progestogen
Implantasi dan relaksasi otot polos
Adrenocorticoid
Induksi sistem ensim dan maturasi janin
Sejumlah produk plasenta dan metabolisme janin dapat digunakan untuk skrining penyakit janin. Pengukuran alfafetoprotein yang dihasilkan oleh hepar,usus dan yolc sac janin dapat digunakan untuk deteksi sejumlah kelainan anatomi . Bersama dengan penentuan serum hCG maternal, dapat diperhitungkan terjadinya trisomi.
2.8.5        Transfer Obat
Transfer obat melalui plasenta tidak berbeda dengan nutrien lain pada umumnya. Kecepatan transfer dipengaruhi oleh kelarutan dari molekul ion didalam lemak dan ketebalan trofoblas. Pada paruh kedua kehamilan, trofoblas menjadi tipis dan area plasenta bertambah luas sehingga transfer obat dapat berlangsung lebih mudah.
Obat ilegal (narkotika, cocain dan marihuana) yang dikonsumsi oleh ibu hamil dapat melewati plasenta dan dapat mengganggu perkembangan janin.
Dampak dari hal ini sulit ditentukan oleh karena selain obat ilegal, pasien biasanya juga adalah perokok atau peminum alkohol.
Pertumbuhan janin cenderung terhambat dan mengalami kelainan kongenital tertentu, Seringkali mengakibatkan terjadinya persalinan preterm dan anak yang dilahirkan dapat menunjukkan sindroma withdrawal.
2.9  Kelainan Plasenta
1. Insersio Marginalis
a. Tali pusat di pinggir plasenta
b. Tidak menimbulkan kesulitan
2. Insersio Velamentosa
a. Tali pusat tidak tertanam pada plasenta, tetapi diselimuti janin
b. Pembuluh-pembuluh darah tali pusat bercabang dalam selaput janin
c. Klinis: Bila kebetulan bagian selaput janin yang mengandung pembuluh darah berada di kutub bawah (vasa previa) maka pada waktu pembuluh darah putus dan menyebabkan perdarahan yang berasal dari janin sehingga janin akan meninggal
3. Plasenta Bilobata
a. Uri yang terdiri dari 2 bagian
b. Klinis : tidak menimbulkan kesulitan
4. Plasenta Fenestra
a. Uri yang berlobang
b. Klinis : tidak menimbulkan kesulitan
5. Plasenta Marginata (Sirkumvalata)
a. Pada pinggir uri terdapat suatu lingkaran jaringan tebal yang berwarna putih selebar 4 – 5 cm
b. Jaringan putih ini sesungguhnya lipatan dari jaringan selaput janin
c. selaput janin tidak melekat pada pinggir jaringan uri tetapi agak ke tengah
d. Klinis: dapat menimbulkan perdarahan sebelum persalinan
6. Plasenta Suksenturiata
a. Disamping uri yang normal didapatkan uri tambahan kecil yang terpisah
b. Diantar auri tambahan dan uri yang normal ada hubungan pembuluh darah
c. Klinis; Bila pada waktu persalinan, ada uri tambahan yang tertinggal maka dapat terjadi perdarahan post partum, oleh karena itu bila pada pemeriksaan uri dalam selaput janin terdapat pembuluh darah yang terputus dan terbuka, maka harus diperhatikan kemungkinan adanya plasenta suksenturiata.
BAB III
PENUTUP

3.1   Kesimpulan
            Bayi dalam kandungan membutuhkan makanan dan nutrisi yang cukup dalam masa tumbuh kembangnya. Plasenta merupakan alat yang sangat penting bagi janin, karena plasenta merupakan alat pertukaran zat antara ibu dan anak sebaliknya, melalui plasenta bayi bias mendapatkan makanan, nutrisi serta alat untuk melakukan pernafasan. Plasenta dari hari kehari semakin membesar seiring membesarnya janin dalam rahim.
Letak plasenta pada umumnya pada korpus uteri bagian depan atau belakang agak ke arah fundus uteri. Hal ini adalah fisiologis karena permukan bagian atas korpus uteri lebih luas, sehingga lebih banyak tempat untuk berimplantasi. Tahap Pembentukan plasenta yaitu dimulai dari, Stadium berongga (lacunar stage), Terbentuknya rongga selom ekstraembrional (extraembryonal coelomic space) atau rongga korion (chorionic space), Terbentuknya tali pusat, Sirkulasi feto-maternal, Plasenta “dewasa”. Placenta juga mempunyai berbagai fungsi, diantaranya sebagai Organ respirasi, Organ transfer nutrisi dan ekskresi, Organ untuk sintesa hormone.


3.2  Saran

Plasenta merupakan organ yang sangat dibutuhkan bagi kehidupan bayi dalam rahim, oleh karena itu pemenuhan kebutuhan nutrisi serta gizi harus tercukupi melalui ibu yang sedang mengandung. Proses pertumbuhan plasenta sangat berpengaruh besar bagi kehidupan janin dalam kandungan, pasokan makanan pada ibu sangat mempengaruhi tumbuh kembang pada plasenta, kerusakan pada plasenta juga merupakan akibat dari buruknya pasokan makanan yang dikonsumsi ibu. Oleh sebab itu perlu bagi ibu yang sedang mengandung untuk mengetahui proses pertumbuhan plasenta, organ yang merupakan hubungan pengikat antara ibu dan bayi.